Hari pertama.
Ditengah guyuran hujan deras, bus yang aku tumpangi segera masuk ke terminal
leuwipanjang. Aku bergegas menyiapkan tasku yang lumayan besar, didalamnya
sudah terdapat beberapa pakaian yang sudah aku siapkan dari rumah. Begitu juga
beberapa peralatan kerjaku seperti laptop dan asesories lainnya. Semua
kujadikan satu dalam tas besarku yang berwarna cokelat.
Yap, hari ini tepatnya 23 desember 2012 aku datang ke kota Bandung, bukan
dalam rangka project kerja yang biasa aku lakukan di Jakarta dan beberapa kota
di Indonesia. Dan ini juga bukan tugas kantor, tetapi melainkan ini adalah
tugas Hati, Cinta, dan Perasaan. Cieee.. gubrak!.
Diluar guyuran hujan semakin lebat, aku sampai bingung harus turun atau tidak. karena bus sudah berhenti ditengah - tengah terminal. Beberapa sebagian orang
ada yang sudah turun, akhirnya aku memutuskan untuk turun juga menepi
dan berteduh dipinggir - pinggir ruko yang berjualan makanan ciri khas oleh -
oleh kota Bandung. aku menatap kedepan ke arah dimana banyak mobil-mobil bus
besar memasuki terminal itu.
"Hm, mau kemana ini aku?" Hatiku bertanya sendiri, sementara orang yang ingin
aku temui aku sendiri masih belum pernah melihatnya secara langsung. Aku masih
berdiri memandangi hujan yang semakin deras, kabut tebal putih menghalangi
pandangan mataku, kulihat juga samar - samar lalu lalang orang-orang sedang
berlarian mengihindari hujan.
"Aku telepon aja deh". buat mengabari kalau aku sudah sampai terminal. Dijaman
itu belum ada aplikasi wa seperti sekarang ini, yang bisa video call. Jadi aku
cukup telepon dan kirim sms saja kedia untuk mengabari dimana posisi aku berada.
Cuaca dingin banget, padahal aku sudah pakai jaket tebal. Tapi emang sulit aku
hindari, meskipun aku sudah berteduh tetap saja sepatu dan celana jeans aku
sudah terlihat basah karena terciprat air hujan yang terbawa angin.
"Aku sudah sampai terminal ya"
"Kamu dimana? Tanya aku via telepon.
"Iya, tapi diluar sedang hujan lebat." Jawab dia yang terdengar agak sayup
karena suara hujan yang begitu besar.
"Tunggu ya, nanti aku jemput. Jawab dia lagi singkat.
"Oke, jawab aku singkat juga.
Aku masih berdiri dipinggiran toko makanan, sementara jam saat itu sudah
menunjukan pukul dua siang. Aku harap - harap cemas, karena antara yakin gak
yakin seh, bahwa dia bakal jemput aku disini, atau dia sedang membohongi aku?.
Sementara hujan di depan masih belum bisa diajak damai, karena bukan malah
reda yang ada semakin siang menjelang sore hujan semakin lebat. Byuuurrrr
deras dan berkabut, menghanyutkan perasaan resahku saat itu.
Pikiranku saat itu mulai bercabang seandainya dia tidak jemput aku mungkin aku
akan mampir ketempat teman aku yang berada dibandung. Atau aku akan mencari
penginapan atau hotel disekitaran kota bandung.
"Lama banget sih, datang gak ya dia?"Tanya aku sendiri yang mulai sedikit
ragu. Tapi aku tetap berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa dia pasti akan
datang. sambil mataku menatap kedepan mencari - cari siapa tau orang yang aku
tunggu-tunggu sudah sampai.
**
Sebenarnya diterminal ini kalau tidak turun hujan kondisinya sangat ramai
sekali apalagi semua bus jurusan dari berbagai kota masuk keterminal
ini. Belum orang - orang yang berseliweran yang baru datang dan
berpergian keluar kota. Belum para pengamen yang terdengar saling bersautan
menyanyikan lagu-lagu balada. para pedagang asongan, para juru parkir yang
suaranya berteriak memekikan telinga. Tapi saat ini semua menyingkir karena
diterjang hujan yang sangat lebat, dan Semua orangpun meneduh menuju ke
ketepi menghindari hujan.
Tidak beberapa lama kemudian, terlihat samar - samar dari kejauahan seorang
perempuan mengendarai sepeda motor menembus derasnya hujan lengkap dengan helm
dan jas hujanya.
"Eh, itu dia kali yah?" tanya aku sendiri.
"Hm bener gak yah?" Perempuan itu
semakin mendekat ke arah pinggir lalu sepertinya dia juga sedang mencari - cari
seseorang.
Dari balik helm nya, mata dia menangkap pandangan mataku. Dan
akupun replek melakukan hal yang sama, mataku tertuju kewajahnya yang tertutup
helm kaca warna putih bening.
"Heiii,.." dia menganggukkan kepalanya.
"Haii.. juga, jawab aku sambil melambaikan tangan.
"Iya, ini aku." jawab aku sambil meyakinkan kalau yang dia cari itu
aku.
Pandangan kita sama-sama bertemu, dia langsung menghampiri aku dengan motornya
yang basah kuyup. Begitu juga aku, kaki ini langsung melangkah mendekati dia
seolah - olah seperti orang yang sudah pernah saling bertemu. Padahal ini adalah
pertemuan pertama kita. tapi mungkin ini kali yang namanya jodoh, pandangan pertama sudah mulai terasa ada getaran - getaran seperti magnet. meskipun itu hanya dari sudut pandang dan perasaan aku saja. tidak tau dengan dia, apakah dia juga merasakan hal yang sama ketika pertama kali bertemu dengan aku.
Kalau aku boleh ceritakan sedikit, sebenarnya pertemuan ini adalah janji aku terhadap dia yang pada saat itu aku sedang ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan di tanah Papua. Lewat telepon dia selalu memperhatikan aku, dia selalu memotivasi aku agar tetap semangat dalam kerja. Selalu diingetin agar tetap jaga kesehatan, jangan telat makan, dan tidak lupa juga dia selalu mengingatkan aku agar selalu banyak - banyak berdo'a. Meskipun itu hanya sebatas perhatian saja, tetapi itu sudah sangat membantu mempengaruhi mental dan psikologis aku saat itu. Singkat kata, dia selalu ada waktu buat aku. Meskipun itu hanya lewat jalur telepon. Dari sinilah rupanya aku semakin yakin terhadap dia, bahwa suatu saat nanti jika tugas pekerjaan aku sudah selesai, aku berjanji akan menemukan dia.
**
"Maaf ya bang, kelamaan jemputnya." Sapa dia dengan sambil tetap berada di atas
motornya.
"Iya gpp dek", jawabku pendek.
"Yuk naik", jawab dia lagi sambil memutar
balik motornya menuju arah pintu keluar terminal. Aku yang memang sudah
sedari tadi menunggu di pinggiran toko itu bergegas langsung naik ke jok
belakang motornya. Sampai tidak sempat berpikir untuk menawarkan apakah aku
yang bawa motornya atau dia.
Hujan sore itu sedikit mulai mereda, aku yang sudah dibonceng dimotornya melesat keluar terminal di iringi dengan gerimis yang masih tersisa. Jalan besar yang tergenang air hujan terbelah menciprat ketika ban motor dia menghantam keras kubangan air. Aku yang dibonceng dibelakangnya berusaha menikmati suasana saat itu. diboncengi seorang wanita yang baru pertama kali bertemu, entah mau dibawa kemana aku. ditambah lagi aku tidak terlalu hapal dengan nama jalan dikota Bandung. Pokoknya aku percaya saja sama dia, Karena dia yang tau jalan.
**
"Oo iya, sampai disini akhirnya aku menginap disalah satu hotel di jalan lengkong. Gak tau nama hotelnya apa, aku lupa. Sementara dia tidur dirumah kakanya. Dan memang kebetulan sekali kedua kaka dia tinggal dikota Bandung.
Dan.. akhirnya aku tertidur pulas, sambil ditemani laptop yang lupa aku matikan. Karena saking capeknya, ditambah lagi tadi siang kehujanan.
**
Hari kedua.
....
Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku
Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita.
......
Alunan soundtrack film Habibie & Ainun siang itu terdengar sangat romantis. Semua penonton di dalam bioskop seperti terhipnotis dengan kisah cinta haru biru antara Habibie & Ainun. Ada yang sedih, ada yang menangis karena terharu. Ada juga yang membahas tentang kisah - kisah B.J.Habibie sewaktu masih menjadi menristek (Menteri Negara Riset dan Teknologi) terutama para sepuh - sepuh yang hari itu ikut menonton juga saat pertama kali film Habibie & Ainun ditayangkan. Karena yang aku liat saat itu bukan hanya kalangan muda saja yang ikut nonton, tapi para pasangan suami istri, kakek - nenek, bahkan ada juga anak - anak kecil yang ikut nonton karena diajak orang tuanya. singkat kata film itu sangat booming pada masanya.
Sementara aku yang pada saat itu mendapat kursi di baris ke empat dari depan juga merasakan suasana yang sama, yaitu haru dan romantisnya film tersebut. Apalagi aku yang memang sedang merayakan pertemuan pertama kali antara aku dengan dia, itu rasanya berbunga - bunga banget. Aku tidak terlalu memperdulikan dengan orang - orang yang berada sekitar aku. kita berpegangan tangan dan dia menyenderkan kepalanya kebahuku sambil mata kita tetap fokus menonton dan menghayati jalan cerita film tersebut. saat itu indah banget, seolah - olah kita ngebayangin kalau yang berada dalam kisah film itu kita berdua. ah, pokoknya moment itu tak akan kulupakan sampai sekarang. makanya kadang aku suka mesem - mesem sendiri kalau ingat masa itu. karena terlalu manis dan berkesan saat itu. ya walaupun hanya sekedar nonton bareng tapi moment itu menjadikan cikal bakal hubungan aku dengan dia.
"Gimana dek menurut kamu filmnya bagus gak? tanya aku.
"Hm, bagus banget bang, jawab dia singkat.
"Menurut aku film itu sangat menginspirasi dalam menjalani hubungan. jawab dia sambil merapihkan kerudung nya.
"Iyah, bener" jawab aku menimpali.
"Mudah - mudahan hubungan kita bisa seperti kayak film Habibie dan Ainun ya bang" komen dia lagi.
"Iyah dek, insya Alloh", jawab aku sambil nunggu antrian keluar bioskop.
Lampu didalam bioskop sudah dihidupkan. Itu tandanya filmnya sudah habis. Semua penonton bersiap membubarkan diri, menuju satu titik yaitu pintu keluar. Sementara Aku masih duduk manis dengan dia, karena antriannya lumayan panjang. Maklum film baru tayang jadi banyak banget yang nonton. Ya sebenarnya sih bisa aja aku dan dia keluar lebih dulu. Karena jarak pintu dari tempat aku duduk tidak terlalu jauh. Yaa tapi kalian maklumlah namanya juga orang lagi baru pertama kali bertemu. Jadi sengaja mengulur waktu. Agar bisa lebih lama - lama lagi berduanya. (Modussss).
Tidak berapa lama kemudian aku berdua keluar dari bioskop. Seperti orang kebanyakan biasanya selepas nonton para pasangan muda maupun tua, suka pergi ke toilet. Begitu juga aku, walau hanya sekedar cuci muka, cuci tangan atau membuang bensin yang full itu sudah cukup membuat wajah fresh kembali. Apalagi didalam bioskop hampir satu jam lebih dengan ac yang dingin membuat badan kurang nyaman.
"Dek, aku ke toilet dulu ya sebentar". Pinta aku.
"Iya bang". Jawab dia singkat.
"Aku juga sama, ingin ke toilet". Sahutnya lagi.
"Ya sudah, nanti kita bertemu disini lagi ya". Jawab aku sambil pergi ngeloyor menuju pintu toilet. Begitu juga dia.
**
Selepas itu aku memutuskan untuk mencari makan. Karena perut mulai berasa keroncongan. Saat itu Trans Studio Mall bandung (TSM) sedang booming banget, aku dan dia menuju ke bagian food & Beverages disana banyak banget kuliner yang bisa aku pesan. Dan aku memesan menu - menu standar yang biasa aku makan, begitu juga dia. Sambil makan aku ngbrol panjang lebar. Mulai dari bahas tentang film yang tadi kita tonton, sampai masalah kerjaan dan kehidupan kita masing - masing. Singkatnya pertemuan itu aku jadikan moment yang baik untuk saling bercerita. Kalau boleh Jujur sebenarnya antara aku dah dia sudah lama kenal, cuma memang belum pernah bertemu. Tapi ya begitu komunikasi kita pasang surut kadang kalau lagi sering ya kita sering banget telepon - teleponan. Tapi kalau lagi lupa ya kadang suka los berbulan bulan. Makanya setelah kita bertemu seperti ini kita sama - sama kayak semacam penasaran satu sama lain. Jadi aku gak nyangka aja akhirnya kita bisa bertemu disini dikota ini kota penuh kenangan yaitu kota Bandung.
**
Kekuatan hatilah yang bisa menyatukan cinta.
kekuatan jiwalah yang dapat menjatukan asa,
suatu saat jika kita bersama, itulah cinta terakhirku.
hanya kepadamu..
Bandung, 23 Desember 2012
**
Hari ini 23 Desember 2021, Sembilan tahun yang lalu aku bertemu dengan dia. Sekarang Sudah menjadi istriku, banyak cerita yang kita lalui dengan penuh suka dan duka. Kadang manis, kadang pahit. Kadang hal kecil menjadi besar. Itulah romantika kehidupan berkeluarga. Mungkin bagi orang yang sudah lama menikah sampai puluhan tahun, sembilan tahun itu belum seberapa. Tapi bagi aku dan dia ini adalah capaian yang luar biasa. Dimana disini dibutuhkan sikap saling pengertian, dan saling menghargai. Sebenarnya itu saja gak cukup!, tapi aku susah mengungkapkan nya disini. Coba rasakan saja bagi yang belum berkeluarga pasti seru.
Aku senyum - senyum sendiri, saat menulis cerita ini lewat hp androidku. Tanpa sadar aku sudah sampai di stasiun tebet. "Ah, terlalu asyik aku menulis". Untung saja tidak terlewat. Dengan langkah penuh semangat aku keluar dari stasiun dan menyambung nya dengan busway menuju kantorku.
Nanti aku sambung lagi....